Monday, October 3, 2016

MAKALAH PASCA PANEN KAKAO

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Ketersediaan buah kakao yang ada di Indonesia belum dapat dimanfaatkan secara optimal oleh kaum petani, produsen, baik industri kecil, menengah dan sedang, serta masyaraskat yang berada pada jalur produksi cokelat. Padahal biji cokelat di Indonesia memiliki beberapa keunggulan. Sebagian besar  jenis cokelat yang ditanam adalah Criollo. Cokelat merupakan sumber devisa terbesar ketiga perkebunan mencapai US$701 juta pada tahun 2002 (Siregar dkk,2005). Cita rasa cokelat setara dengan cokelat Ghana yang well-fermented. Selain itu, cokelat tidak mudah leleh sehingga cocok untuk blending (Sunanto,2005). Sejauh ini, pengendalian proses pengolahan biji cokelat juga masih belum optimal.
Salah satu penyebabnya adalah minimalnya pengetahuan tentang tahap-tahap proses pengolahan biji cokelat dan pengendalian faktor-faktor proses pengolahan bagi kaum petani, kaum produsen dan masyarakat. Pengeringan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan mutu cokelat, disamping proses pemanenannya. Mutu biji cokelat ditentukan dari kadar airnya. Biasanya kapasitas pengeringan biji cokelat adalah ss1800 kg tiap jam untuk 30 karung, yang masing-masing berisi 300 kg biji kakao ( Siregar, 2005). Biji kakao yang masuk ke dalam pengeringan adalah biji kakao yang sudah terfermentasi.
Kadar air biji kakao tersebut masih tinggi 68%, sehingga memberikan peluang yang besar untuk cepat membusuk akibat adanya pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu, dengan adanya pengeringan, dapat mengurangi kadar air dalam biji. Kadar air biji yang diharapkan setelah pengeringan adalah 6%, yang bertujuan untuk memudahkan pelepasan nibs dari kulitnya, juga mencegah agar tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme pembusuk sehingga dapat memperpanjang umur simpan.Pengeringan buah kakao terbagi menjadi dua yaitu sun drying Dan artificial drying  Sun drying memerlukan sinar matahari sebagai sumber energi, sumber panas dan sinar ultraviolet. Pengeringan ini dilakukan secara terbuka,  membutuhkan hembusan angin yang besar dari udara sehingga engeringan berlangsung lambat.
Pengeringan ini mampu menghasilkan warna biji akan mengkilap, sedangkan pada artificial drying tidak. Namun, pengeringan secara terbuka menyebabkan rawan kontaminasi dari udara, debu dan kerikil dari lingkungan sekitar. Selain itu, pengeringan ini dilakukan hanya jika cuaca memungkinkan. Jika tidak, menggunakan artificial drying . Pengeringan buatan (artificial drying) menggunakan bahan bakar.  Prinsip kerjanya adalah pemanasan secara konduksi (penghantaran panas) atau konveksi pengaliran panas) yang bertujuan untuk mengurangi kadar air bahan pangan, berbentuk solid . Salah satunya adalah cabinet dryer. Pada cabinet dryer , pemanasan dilakukan secara konveksi dan konduksi.
Secara konveksi, digunakan aliran udara kering yangdi hembuskan. Secara konduksi, digunakan sejumlah tray (wadah penampung biji)secara bertingkat. Cabinet dryer dengan tipetray dryer , dilengkapi dengan fan untuk menggerakkan arah udara kering sehingga alirannya merata dalam chamber . Sistem pengering ini menggunakan udara pengering sebagai medium pemanas biji kakao, di tambahkan air boiler untuk memanaskan udara yang masuk ke dalam sistem pengering dan juga menghembuskan udara dari luar. Bahan bakar yang digunakan adalah solar. Komponen-komponen yang menyusun cabinet dryer tersebut, disesuaikan dengan kapasitas biji kakao yang masuk dan  juga diperhitungkan efisiensi dari sistem pengering tersebut.

B.     Pokok Pembahasan
C.    Tujuan Pembahasan
-          Melatih para mahasiswa/i menyelesaikan pendidikan dan mampu menyebarkan teknologi pertanian dalam mitra usaha tani khususnya untuk para petani di masyarakat.
-          Meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas dan professional.
-          Meningkatkan pengetahuan dalam bidang teknologi dalam bidang pertanian berkelanjutan dan dapat melakukan praktek dikalangan masyarakat dimasa mendatang.
-          Melatih mahasiswa/i untuk memiliki keterampilan dan etos kerja serta melatih mahasiswa/i untuk mandiri dan sesuai dengan tuntunan lapangan kerja.





























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kakao di Aceh
Kakao merupakan tanaman tahunan yang banyak ditanam di daerah aceh. Terdapat banyak perkebunan kakao di daerah aceh, misalnya didaerah pidie jaya yang disepanjang jalan raya terdapat tanaman kakao. Dan wilayah pidie jaya juga terdapat sebuah pabrik yang memproduksi cokelat yang diberi nama socollatte. Tidak hanya diwilayah pidie jaya yang terdapat perkebunan kakao. Banyak daerah-daerah laen di Indonesia  yang memiliki perkebunan kakao.

B.     Buah Kakao
Menurut Benson dalam Minifie (1970), klasifikasi buah kakao adalah sebagai berikut:
Devisi              : Spermatophyta
Sub devisi       : Angiospermae
Clas                 : Dicotyledon
Ordo                : Malvales
Familio            : Sterculiaceae
Species            : Theobromacacao L.
Varietas biji kakao terdiri dari Criollo dan Forastero.Varietas Criollo berasal dari Amerika Tengah, sedangkan Forastero berasal dari Amerika Selatan. Warna buah kakao varietas Criollo adalah merah dan kuning, sedangkan warna biji putih dan ungu muda dengan rasa lebih khas dan aroma yang lebih baik dari pada varietas Forastero. Pada Forastero, buah berwarna kuning. Bijinya berwarna ungu tua dan aroma tidak terlalu menyengat, tetapi rasanya agak pahit.
1.      Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan dengan cara mengurangikadar air untuk mencegah tidak ditumbuhi oleh mikro organism pembusuk. Dalam proses pengeringan dilakukan pengaturan terhadap suhu, kelembaban (humidity) dan aliran udara. Perubahan kadar air dalam bahan pangan disebabkan oleh perubahan energy dalam sistem (Banwatt, 1981). Untuk itu, dilakukan perhitungan terhadap neraca massa dan neraca energi untuk mencapai keseimbangan.
Menurut Banwatt (1981), alasan yang mendukung proses pengeringan dapat menghambat pertumbuhan mikro organisme adalah untuk mempertahankan mutu produk terhadap perubahan fisik dan kimiawi yang ditentukan oleh perubahan kadar air, mengurangi biaya penyimpanan, pengemasan dan transportasi, untuk mem persiapkan produk kering yang akan dilakukan pada tahap berikutnya, menghilangkan kadar air yang ditambahkan akibatselama proses sebelumnya, memperpanjang umur simpan dan memperbaiki kegagalan produk.
Produk kering dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan produkbaru. Menurut Susanto (1994) tujuan pengeringan biji kakao adalah menurunkan kadar air dari 60% menjadi 6%-7%. Ada beberapa cara pengeringan yakni dengan sinar matahai, dengan alat pengering dan kombinasi keduanya. Pengeringan kombinasi yaitu pengeringan dengan panas sinar matahari dan panasbuatan. Cara ini lebih baik karena tidak tergantung cuaca dan bahan bakar lebih sedikit. Pengeringan dengan sinar matahari menjadikan mutu biji lebih baik yaitu menjadi mengkilap. Caranya adalah biji ditebarkan di lantai penjemuran di bawah terik matahari. Pengeringan ini membutuhkan tenaga kerja lebih banyak dan sangat tergantung dengan cuaca.
Pada metode Cadburry, jika cuaca tidak memungkinkan dapat diganti dengan hembusan udara pada pengeringan buatan yaitu: Vis-dryer, Cacao dryer, Samoan dryer dan Barico dryer. Pada tahap awal dengan suhu lingkungan selama 72-80    jam dan diteruskan dengan suhuudara 45-60oC sampai biji kering. Lama pengeringan ini 7-8 jam sehari. Selama penjemuran dilakukan pembalikkan hamparan biji 1-2 jam sekali.
Lama penjemuran dapat lebih dari 10 hari, tergantung dengan cuaca dan lingkungan. Sedangkan dengan pengeringan buatan, dilakukan selama 32 jam dan pembalikkan biji setiap 3 jam. Pengeringan ini dengan menggunakan Barico dryer. Namun, biasa digunakan dengan alat pengering lain, misalnya cabinet dryer. Lama pengeringan tergantung dari jenis alat pengeringnya. Prinsip pengeringannya menggunakan udara pengering sebagai medium panas dalam menurunkan kadar air biji hingga 6%.
2.      Cabinet Dryer
Cabinet dryer merupakan alat pengering yang menggunakan udara panas dalam ruang tertutup (chamber). Ada dua tipe yaitu tray dryer dan vacuum dryer. Vacuum dryer  menggunakan pompa dalam penghembusan udara, sedangkan pada tray dryer  tidak menggunakan pompa.  Kelemahan cabinet dryer adalah Kurangnya pengontrolan aliran udara yang bergerak sehingga bila aliran udara terlalu kencang, menyebabkan aliran turbulen dalam chamber, yang menghambat pengeringan produk bahan pangan.
Produk yang sesuai dikeringkan dengan alat ini adalah produk yang memiliki keseragaman yang tinggi, misalnya biji cokelat dan apel. Kelebihannya adalah harga murah, karena membutuhkan daya yang tidak terlalu tinggi. Komponen cabinet  dryera dalah tray boiler dan fan Tray  disesuaikan dengan kapasitas jumlah, berat dan ukuran produk pangan. Tray berfungsi sebagai wadah biji dalam proses pengeringan, yang disusun bertingkat. Sedangkan boiler  berfungsi sebagai pemanas udara atau pengering udara dan penghembus udara kering yang akan digunakan dalam pengeringan. Boiler  memiliki medium pemanas berupa steam.
Kualitas steam yang digunakan adalah 90%, agar dapat mengeringkan udara secara optimal yang dapat memenuhi kebutuhan panas udara kering dalam pengeringan. Suhu steam yang digunakan adalah 120˚C.  Suhu tersebut mampu menghasilkan kalor untuk mengeringkan udara secara optimal.
Pada 1 HP, boiler  memiliki heating  surface sebesar 10 ft 2 ( Banwatt, 1981). Sedangkan  fan, berfungsi sebagai pengatur arah aliran udara. Fan dengan tipe Vaneaxial fan mampu menghembuskan udara  400-1000 fpm / ft 2. Daya yang digunakan biasanya 25 Watt dengan diameter silinder = 18 cm (Arsdell,1973). Dalam perhitungan neraca panas, dibutuhkan data-data yaitu panas spesifik, panas latent, RH (%) dan suhu sehingga diperoleh hubungan antara  RH(%) udara dengan kadar air dalam bahan pangan pada grafik psychrometric charts (Singh,2001).
Hubungan tersebut menentukan berapa panas masuk dan keluar yang setimbang. Selainitu, juga menentukan panas yang hilang dalam proses pengeringan ,selain neraca panas juga dibutuhkan neraca massa untuk mengetahui keseimbangan antara berapa produk yang masuk dengan berapa yang keluar serta berapa uap air yang dilepaskan dalam proses. Ini berpengaruh juga pada perubahan fraksi air dalam bahan pangan.
Di lahan perkebunan kakao bisa juga bisa ditanam tanaman lain yang tidak sejenis yang dinamakan budidaya tanaman secaratumpang sari yang saat ini banyak dilakukan oleh banyak orang, Misalnya di samping-samping tanaman kakao tersebut ditanami dengan tanaman lain yang umur panennya tidak lama, atau tanaman dengan masa panen jangka pendek. Dengan demikian, dapat menambah hasil produksi petani, dan pendapatan para petani.  Tanaman jangka pendek, Contohnya ; bayam, kacang panjang,sawi,bengkuang, dan lain-lain sebagainya.Agarparapetanidapatmenikmatihasilpanentidakhanya di kakaosaja, namun bisa didapatkan dari hasil panen yang lain.
Saat ini kebanyakan para petani menggunakan system tumpang sari yang sangat banyak manfaatnya bagiparapetani. Selain itujuga dapatmenambahhasil panen yang tidakhanya di dapatkan dalam satutanaman, namun didapatkan dari tanaman lain pula.
Pola penanaman tumpang sari dapat memaksimalkan lahan dibandingkan pola monokultur karena:
·         Hasil panen pada lahan tidak luas bisa beberapa kali dengan usia panen dan jenis tanaman berbeda,
·         Petani mendapat hasil jual yang saling menguntungkan atau menggantikan dari tiap jenis tanaman berbeda dan,
·         resiko kerugian dapat ditekan karena terbagi pada setiap tanaman.
·         Meningkatkan pendapatan parapetani.










G
A
M
B
A
R



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzcrkzDBXk9UParzt22uMqmAufa_N8Xh0zmFx8DuATwcXi2pXOzknGIUPgc8Zs_1F39m5PkoW8mgnKt6BQAGazfuIEteVQ5BrumHZSmFCi7a2U7pQpCuQE3Wxhibx7JS-pwIG_tuEirHs/s400/skema+komplit.jpg




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
-          Dengan meningkatkan produktifitas hasil tanamankakao yang bermutu, maka akan menambah pendapatan para petani perkebunan kakao
-          Membudidayakan tanaman kakao  dibutuhkanpengetahuan yang cukup, sehingga produktifitas yang didapatkan pun memadai.
-          Dapat membuka lapangan pekerjaan yang serta mendapatkan peluang bagi wirausaha.

B.       Saran
Adapun saran yang penulis harapkan dari selesainya makalah ini adalah ;
-          Diharapkan sebelum melakukan praktek para mahasiswa/i dibekali dengan ilmu yang cukupsehingga dapat menumbuhkan sikap mandiri, disiplin, dan berjiwa wirausaha.
-          Para mahasiswa/i dapat memberikan informasi mengenai pertanian dengan benar dan tidak asal-asalan. Dan dapat dipertanggung jawabkan.
-          Memberikan penyuluhan pertanian dikalangan masyarakat. Ataupun membuat kelompoktani di wilayah tempat tinggal para mahasiswa/i.




DAFTAR PUSTAKA

Arsdell, Wallace. 1973.  Food Dehydration . Connecticut: The Avi Publishingv Company, Inc.

Banwatt, George. 1981. Basic Food Microbiology . Connecticut: The      AviPublishing Company, Inc

Fellows, P. 1990.  Food  Processing  Technology  Principles and  Practice . New York  : Ellis Horwood

Severn, W. 1954.Steam, Air and Gas Powder . New York: John Willey and Sons,Inc

Singh, Paul. 2001.  Introduction  to Food  Enginering  . New Jersey: Academic Press.

Siregar, Tumpal. 2005. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat . Jakarta: Penebar Swadaya

Sunanto, Hatta. 2005. Cokelat : Budidaya, Pengolahan Hasil dan Aspek  Ekonominya. Yogyakarta :Kanisius.                                                           


No comments:

Post a Comment